watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ADIK SEPUPU ISTRIKU

Pertama kali aku mengenal dirinya, aku kagum
dengan budi pekerti dan kesopanan bicaranya.
Saat itu aku masih ingat, dia sudah duduk di
bangku akhir SLTP dan usianya menginjak 15
tahun, namanya Eva, ya.. Eva, cantik sekali
namanya secantik orangnya. Waktu itu aku
sudah bertunangan dengan kakak sepupunya
yang sekarang telah menjadi istri tercintaku dan
dikaruniai seorang putra yang lucu.
Tiga tahun kemudian adik sepupu istriku Eva
datang ke rumahku dan memintaku untuk
membantu mencarikan PTS di kotaku. Aku dan
istriku jadi repot dibuatnya karena harus
mengantarkan dia untuk daftar, test dan cari
kost. Selama membantu dia, aku mendapatkan
pengalaman yang sangat menarik dan
membuatku bertanya-tanya dalam hati.
Selama aku membantunya mencarikan PTS di
kotaku, dia sering mencuri pandang ke arahku
dengan pandangan yang nakal, kemudian
terseyum sambil memandang kejauhan.
Hampir tanpa ekspresi, aku pun terdiam sampai
dia berlalu. Aku terkejut bukan karena cara
pandangannya kepadaku, tapi dia sendiri itu
yang membuat jantungku berdetak lebih cepat.
Aku kemudian berandai-andai, jika waktu
berpihak kepadaku, jika keberuntungan
mendukung, jika kesempatan mau sedikit saja
berbaik hati. Mungkin juga aku yang terlalu
berharap dibuatnya, sebenarnya batinku tidak
setuju untuk menyebutnya begitu.
Sesungguhnya kita sering diganggu oleh
ketidakpastian yang menghantui kotak pikiran,
namun setelah kenyataan dihadapan mataku,
maka baru sadar. Aku takut tidak dapat
mengendalikan diriku lagi. Pada suatu hari dia
datang ke rumahku, karena ada hari libur
besoknya, dia mau menginap di rumahku.
Hatiku jadi gelisah, aku ingin melakukan
sesuatu, mengalirkan magma yang meledak-
ledak dalam diriku. Tapi batin dan nuraniku
melarangnya, tidak sepantasnya itu terjadi
padaku dan sepupuku.
"Kak, tolong aku dong!" Pandangannya
menusuk, menembus dadaku hingga
jantungku, serasa ingin meloncat.
"Jika Kakak tak keberatan, Eva minta diajarin naik
motor bebek", matanya mengerling ke arahku
serasa terseyum manis.
Belum pernah aku menerima tawaran seperti ini
dari wanita. Kau telah menyentuh sisi paling
rawan dalam hatiku. Aku mengangguk sambil
tetap mencengkram wajahnya dengan
tatapanku, sayang untuk dilepaskan. Wajahnya
lembut, tenang dan dewasa, kalau saja
tubuhnya setinggi minimal 175 cm, pastilah
sudah menjadi bintang film sejak lama.
Rambutnya sebahu, kulitnya kuning langsat,
Pokoknya mantap!
"Mengapa memilih Kakak? Mengapa tidak
kepada pacarmu atau temanmu yang lain?"
tanyaku.
"Saya telah memilih Kakak", katanya manja. Aku
mulai menggodanya..
"Memilih Kakak?" Dia mengangguk lugu, tetapi
semakin mempesona.
"Kalau begitu, jangan protes apa-apa, kamu
Kakak terima menjadi murid, sederhana
bukan?" kataku.
"Kakak akan menyesal jika melewatkan
kesempatan ini, sebab Kakak ingin tercatat
dalam hati sanubari Eva yang paling dalam
sebagai orang paling berjasa menumbuhkan
dan menyemaikan bakat naik motor kepada Eva
gadis yang manis, kandidat peraih Putri
Indonesia." Tawanya meledak, matanya
menyepit, bibirnya memerah. Pipinya juga,
duhh..!
"Kapan Kak belajarnya?" tanya dia.
"Sekarang", jawabku.
Kemudian kami pamit kepada istriku, dan aku
mengeluarkan motor bebek, kuhidupkan
mesinnya. Aku duduk di depan dan dia di
belakangku, aku mencari daerah yang sepi lalu
lintasnya. Setelah sampai di daerah yang lalu
lintasnya kurasa sepi, aku menghentikan dan
turun dari motor. Kemudian aku memberikan
beberapa petunjuk yang diperlukan dan
mempersilakan dia untuk duduk di depan dan
aku di belakangnya. Beberapa menit kemudian
motor mulai jalan pelan dan bergoyang-goyang
hingga mau jatuh. Terpaksa aku membantu
memegang stang motor, aku tidak sempat
memperhatikan lekuk tubuhnya. Badannya
sangat indah jauh lebih indah dari yang aku
bayangkan. Lehernya yang putih, pundaknya,
buah dadanya.. Akh..!
Setelah aku membantu memegang stang,
motor dapat berjalan dengan stabil, aku mulai
dapat membagi konsentrasi. Aku merasakan
kehangatan tangannya, telapak tanganku
menumpuk pada telapak tangannya. Kuusap
tangannya, dia nggak bereaksi, mungkin karena
lagi konsentrasi dengan jalan. Kemudian aku
merapatkan dudukku ke depan sehingga
kemaluanku merapat pada punggung bagian
bawah. Hidungku kudekatkan ke belakang
telinganya, tercium bau wangi pada rambutnya.
Aku mulai terangsang, kemaluanku mulai tegak
di balik celana dalam yang kupakai.
Karena dia sudah mulai dapat menguasai
motor, sementara aku masih dapat mengontrol
diriku dengan baik, kutawarkan untuk latihan
sendiri dan aku menunggu di warung saja. Tapi
dia nggak mau, dia ingin aku tetap duduk di
belakangnya. Aku jadi khawatir sendiri, kalau
begini terus akan berbahaya, imanku kuat tapi
barangku nggak mau diajak kompromi.
Akhirnya timbul dalam pikiranku untuk sekedar
berbuat iseng saja. Kemudian aku pura-pura
menjelaskan soal lalu lintas, aku merapatkan
badanku sampai kemaluanku menempel di
bawah punggungnya. Eva pasti juga dapat
merasakan kemaluanku yang tegak. Tapi dia
cuma diam saja, kubisikan di telinganya..
"Eva, kamu cantik sekali!" kataku dengan suara
bergetar.
Tetapi dia tetap tidak bereaksi, kemudian aku
meletakkan kedua tanganku di kedua pahanya.
Rupanya dia tetap tidak bereaksi, aku jadi
semakin berani mengusap-usap pahanya yang
terbuka, karena dia memakai celana pendek.
"Akh.. Kakak nakal! Entar dimarahi Kak Lina lho,
kalau ketahuan!", katanya manja.
"Kalau Eva nggak cerita, ya.. Nggak ada yang
tahu! Emang Eva mau cerita sama Kak Lina?"
tanyaku.
"Ya.. Nggak sih", katanya.
"Kalau gitu kamu baik dech", kataku.
Karena mendapat lampu hijau aku semakin
berani, kukatakan bahwa payudaranya sangat
bagus bentuknya, lebih bagus dari punya
kakaknya, Lina. Dia tampak senang.
"Kakak ingin sekali menyentuhnya, boleh
nggak?" kataku meluncur dengan begitu saja.
"Akh.. Kakak nakal", katanya manja.
Aku semakin nekat saja, sebab dari jawabannya
aku yakin dia nggak keberatan. Kemudian
tanganku pelan-pelan mulai menyentuhnya dan
kemudian memegang penuh dengan telapak
tanganku. Wah, rasanya keras sekali, kucoba
meremasnya dan dia sedikit terkejut. Aku tidak
dapat memegang lama-lama sebab harus
membagi konsentrasi dengan jalan. Yang jelas
kemaluanku semakin berdenyut-denyut.
Aku tersentak waktu dia mengerem motor
dengan mendadak untuk menghindari lubang.
Tubuhku menekan tubuhnya hingga membuat
kesadaranku pulih, akhirnya aku memutuskan
untuk mengajaknya pulang. Aku sempat
melihat kekecewaan di matanya. Tapi mau
bagaimana lagi itu jalan terbaik, agar aku tidak
sampai terjebak pada posisi yang sulit nantinya.
Besok paginya, waktu aku mau berangkat
bekerja, istriku memintaku untuk mengantarkan
Eva dulu ke tempat kostnya. Tentu saja aku
bersedia, malah jantungku menjadi berdebar-
debar. Nggak lama kemudian Eva mendekati
kami.
"Kak, antarin Eva dulu dong? Eva ada kuliah pagi
nich! Teman Eva nggak jadi menjemput",
katanya.
"Ayo!" ajakku sambil masuk ke dalam mobil.
"Eva mau mandi dulu ya Kak!" katanya.
"Nggak usah, nanti keburu macet di jalan,
mandinya nanti aja di kost.", jawabku.
Di dalam hatiku aku sudah berjanji bahwa aku
harus dapat mengendalikan diri. Sehingga
selama dalam perjalanan aku banyak diam.
Akhirnya dia mulai membuka pembicaraan..
"Kak, kok diam aja sih? Marah ya? Anterin Eva
pulang!" kata Eva.
"Kakak cuma lagi kurang enak badan saja",
jawabku sekenanya.
Setelah sampai di depan rumah kostnya, dia
minta aku untuk ikut masuk, mengambil
mainan yang telah dibelikannya untuk anakku.
Mulanya aku menolaknya, tapi karena dia mau
buru-buru berangkat kuliah dan juga belum
mandi, sedangkan kamarnya di lantai 3. Aku
jadi kasihan kalau dia harus naik turun tangga
hanya untuk mengambilkan mainan saja.
Akhirnya aku mengikutinya dari belakang, aku
sempat heran dan tanya kepada dia..
"Kok sepi sekali?"
Ternyata kata Eva semua sudah pada berangkat
kuliah. Kemudian aku disuruh menunggu di
kamarnya, sementara dia mandi. Setelah selesai
mandi dia masuk ke kamar, wajahnya kelihatan
segar.
"Lho kok nggak ganti pakaian?" tanyaku.
"Iya, tadi temanku kasih tahu kalau dosennya
nggak masuk, jadi Eva nggak perlu buru-buru
lagi." katanya. Sementara aku duduk di tempat
tidurnya, dia mengambilkan mainan yang akan
diberikan pada anakku.
"Ini Kak", katanya sambil duduk di sampingku.
"Wah bagus sekali. Terima kasih ya!" kataku.
Sewaktu aku mau berpamitan keluar,
pandangan mataku beradu dengannya, hati ini
kembali berdebar-debar, pandangan matanya
benar-benar meluluh-lantakan hatiku dan
menghancurkan imanku. Aku tidak jadi berdiri,
kupegang tangannya. Kuusap dengan penuh
perasaan, dia diam saja, kemudian kupegang
pundaknya, kubelai rambutnya..
"Eva kamu cantik sekali", kataku dengan suara
bergetar, tapi Eva diam saja dengan muka
semakin menunduk. Kemudian aku meletakkan
tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam
saja, aku jadi semakin berani, kucium di bagian
belakang telinganya dengan lembut, rupanya
dia mulai terangsang. Dengan pelan-pelan
badan Eva aku bimbing, kuangkat agar berada
dalam pangkuanku.
Sementara kemaluanku semakin menegang,
usapan tanganku semakin turun ke arah
payudaranya. Aku merasa nafas Eva sudah
memburu seperti nafasku juga. Aku semakin
nekat, tanganku kumasukan ke dalam kaosnya
dari bawah. Pelan-pelan merayap naik ke atas
mendekati panyudaranya, dan ketika tanganku
sudah sampai ke pinggiran payudaranya yang
masih tertutup dengan BH-nya, kuusap bagian
bawahnya dengan penuh perasaan, dia
menggelinjang dan menoleh ke arahku dengan
mulut sedikit terbuka.
Aku jadi tidak tahan lagi, kutundukan muka
kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya.
Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan
sangat hangat, kenyal dan basah. Aku pun
melumat bibirnya dengan perasaan sayang dan
Eva membalas ciumanku, pelan-pelan lidahku
mulai menjulur menjelajahi ke dalam mulutnya
dan mengkait-kaitkan lidahnya, membuat nafas
Eva semakin memburu.
Tanganku pun tidak tinggal diam, kusingkapkan
BH-nya ke atas, sehingga aku dapat dengan
leluasa memegang payudaranya. Aku belum
melihat tapi aku sudah dapat membayangkan
bentuknya, ukurannya tidak terlalu besar dan
terlalu kecil, sehingga kalau dipegang rasanya
pas dengan telapak tanganku. Payudaranya
bulat dengan punting yang tegak bergetar
seperti menantangku. Kuusap dan kuremas,
Eva mulai merintih.
Kemudian Eva kurebahkan di kasur, kulepas
kaosnya dan BH-nya sehingga tampak
pemandangan yang sangat menakjubkan. Dua
buah gundukan yang berdiri tegak menantang,
kupandangi badannya yang setengah telanjang.
Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke
buah dadanya, dan ketika mulutku menyentuh
buah dadanya, Eva merintih lebih keras.
Nafsuku semakin naik, kuciumi susunya dengan
tidak sabar. Putingnya kukulum dengan lidahku,
kuputar-putar di sekitar putingnya dan susunya
yang sebelah kuremas dengan tanganku.
"Aduuhh.. Ahh.. Ah", Eva semakin mengerang-
erang dan dengan gemas putingnya kugigit-
gigit sedikit.
Badannya menggelinjang membuatku semakin
bernafsu untuk terus mencumbunya. Sekarang
tanganku mulai beroperasi di daerah bawah,
kubuka celana pendeknya hingga sekarang
hanya mengenakan celana dalam saja, rupanya
celana dalamnya sudah basah. Akhirnya
kulepas sekalian, sehingga tampak vaginanya
yang masih kencang dan ditumbuhi rambut
yang tidak banyak, membuat kemaluanku
semakin tegang.
Kubersihkan vaginanya dengan bekas celana
dalamnya. Kemudian kupandangi dan kuusap-
usap dengan penuh perasaan, Eva tampak
sangat menikmati sekali, dan saat jariku
menyentuh klitorisnya, Eva menggelinjang
dengan keras. Sementara klitorisnya masih
kuusap-usap dengan jariku, Eva semakin
menggeliat-liat. Pada saat itu aku ingin sekali
mencium vaginanya, karena sudah terangsang
sekali. Saat aku mau menunduk untuk
mencium, kuangkat tanganku tapi pada saat itu
dia langsung merapatkan kedua pahanya dan
badannya tegang sekali dan tersentak-sentak
selama beberapa saat.
"Aahhkk.. Oohh.. Kak, aahh!"
Akhirnya Eva diam beberapa saat, kudiamkan
saja, sebab dia baru saja merasakan orgasme.
Tubuhnya terkulai lemas, aku jadi kasihan
sehingga senjataku juga ikut-ikutan turun.
Dengan penuh rasa kasih sayang aku
menghampirinya, duduk di pembaringan
sejajar dengan buah dadanya dan menghadap
ke arah wajahnya. Tubuhnya kututupi dengan
selimut. Kubelai rambutnya dan kucium
keningnya, rupanya dia terharu dengan
perilakuku. Baru saja aku mau berdiri, tanganku
diraihnya, kemudian aku duduk lagi, tahu-tahu
tangannya sudah ada di atas pahaku.
"Kak, baru kali ini Eva merasakan sensasi yang
sangat luar biasa nikmatnya, sebab yang
namanya disentuh oleh laki-laki Eva belum
pernah, apalagi pacaran. Jadi Kakak adalah
orang yang pertama yang menyentuh Eva, tapi
Eva senang kok Kak. Tadi Eva merasakan
nikmatnya sampai tiga kali Kak, Eva sangat puas
Kak!"
Dalam hatiku bertanya mengapa bisa sampai 3
kali, padahal aku kira cuma sekali. Pantas dia
langsung KO. Mungkin karena dia tidak pernah
dijamah laki-laki, jadi tubuhnya sangat sensitif
sekali.
"Kok diam saja, Kak? Apa Kakak juga udah
puas?" tanyanya.
"Eva nggak usah pikirin Kakak, yang penting
kamu sudah dapat merasakan nikmatnya orang
bercumbu yang seharusnya belum boleh kamu
rasakan. Sekarang Kakak mau berangkat bekerja
dulu, oke!" kataku.
"Kak gimana caranya biar Kakak juga bisa
merasakan nikmat", katanya dengan lugu.
Tangannya yang masih ada di atas pahaku
tahu-tahu sudah melepas sabukku dan
membuka celanaku.
"Biar Eva juga mau pegang punya Kakak seperti
tadi Kakak pegang punya Eva, tadi waktu Kakak
pegang memek Eva dan mengusap-usap, Eva
mendapat kenikmatan luar biasa, berarti kalau
punya Kakak Eva pegang dan diusap-usap pasti
Kakak juga merasa nikmat", katanya sok tahu.
Sekarang celana dalamku sudah kelihatan dan
Eva mulai memegang dan meremasnya dari
luar. Kemaluanku jadi tegak dan menyembul
keluar dari celana dalamku. Dia terkejut dan
takjub, "Wuah besar sekali." Kalau sudah begini
aku jadi lupa lagi dengan diriku, aku
menurunkan celana dalamku agar dia dapat
leluasa memainkannya. Kemaluanku yang
sudah sangat tegak digenggamnya dengan
telapak tangannya dan diremasnya.
"Akh.. Eva, enaakk", dia tambah bersemangat.
Jari-jarinya mengusap-usap kepala kemaluanku.
"Eva, teruskan sayang.." kataku dengan
ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku
merasa kemaluanku sudah keras sekali. Eva
meremas dan mengurut kemaluanku semakin
cepat.
"Eva!" seruku.
"Kakak akan terasa lebih nikmat kalau Eva mau
menciumnya!"
Kemudian kupindahkan kepalanya di pahaku
dan susunya menempel dipunggungku, aku
ajari dia, mulanya kusuruh cium batang
kemaluanku kemudian kusuruh jilati dengan
lidahnya. Aku merasakan sesuatu yang lain
yang tidak kualami jika dengan istriku, mungkin
karena Eva masih gadis, lugu dan tubuhnya
belum pernah dijamah sedikitpun oleh laki-laki.
Rupanya Eva juga menikmati dan mulai
terangsang. Karena posisi kami kurang bebas,
aku membimbing Eva bangun dari pembaring
dan duduk di lantai sementara aku tetap duduk
di pembaring, sehingga mukanya tepat di
depan selangkanganku. Kini dengan leluasa dia
dapat melihat kemaluanku yang semakin keras.
Kemaluanku terus dipandangi tanpa berkedip,
dan rupanya makin membuat nafsunya
memuncak.
Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke arah
kemaluanku dan bibirnya mengecup kepala
kemaluanku, tangannya memegang pangkal
kemaluanku. Mulutnya mulai ditempelkan pada
kepala kemaluanku dan lidahnya kusuruh
menjilati ujungnya. Dan aku mulai
menyuruhnya untuk dikulum di dalam
mulutnya, mulutnya mulai dibuka agak lebar
dan kemaluanku bagian ujungnya mulai
dikulum, aku semakin keenakan.
"Eva.. ennaak! Terus sayang, masukan terus
lebih dalam lagi, nah.. Begitu sayang."
Rambutnya kuusap-usap dan kepalanya pelan-
pelan kutarik kemudian kudorong lagi ke arah
kemaluanku. Rupanya dia tahu maksudku,
kemudian dia maju mundurkan kemaluanku di
dalam mulutnya. Aku merasa sudah nggak
tahan, apalagi sewaktu Eva melakukannya
semakin cepat. Ketika aku merasa spermaku
mau keluar, pelan-pelan kutahan gerakan
kepalanya, maksudku mau menarik
kemaluanku keluar dari mulutnya. Tetapi dia
malah melawan gerakanku, dengan memegang
pangkal kemaluanku lebih kuat dan
mempercepat gerakannya. Akhirnya aku tidak
dapat menahan lebih lama lagi..
"Aahh, aahh, aahh..!"
Spermaku keluar di dalam mulutnya dengan
rasa nikmat luar biasa dan badanku sampai
tersentak-sentak. Kemudian kemaluanku kutarik
dari mulutnya. Aku melihat di mulutnya
belepotan dengan spermaku, kuangkat dia dan
kududukkan di pahaku, tanganku yang sebelah
kiri menopang kepalanya, sedangkan tanganku
yang kanan membersihkan mulutnya.
"Kamu pintar sekali, Kakak mendapatkan
kenikmatan yang luar biasa", kataku berbisik.
"Eva.. Juga Kak, sekarang Eva merasakan
tulang-tulang Eva seperti lepas!" Kemudian
kuangkat tubuhnya yang masih telanjang,
kurebahkan di pembaringan. Aku sendiri
merapikan pakaian dan langsung pamit pulang.
Setelah kejadian tersebut aku sangat merasa
menyesal, tapi lagi-lagi sudah terlambat, tapi
hatiku mengatakan tidak ada yang terlambat,
lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
Aku kembali berjanji dalam hatiku cukup
sampai di sini.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1101
U-ON

inc Powered by Xtgem.com